1. Hubungan
Antara Stres dan Unjuk Kerja Pekerjaan
Stres
yang meningkat sampai unjuk kerja mencapai titik optimalnya merupakan stres
yang baik, menyenangkan, eustres. Dekat, sebelumnya mencapai titik optimalnya,
peristiwanya atau situasinya dialami sebagai tantangan yang merangsang.
Melewati titik optimal stres menjadi distres, peristiwanya atau situasinya
dialami sebagai ancaman yang mencemaskan
Untuk
kebanyakan orang, stres tidak cepat menyebabkan sakit keras. Stres diungkapkan
melalui gejal-gejala umum seperti, somnabolisme (tidak dapat tidur), merokok
berat, peminum minuman keras, hawatir, mudah tersinggung, gelisah, sulit
berkonsentrasi dalam pengambilan keputusan, dan masa-masa lelah yang panjang.
Keadaan ini bagi seseorang dapat menghasilkan penurunan dalam unjuk kerjanya,
bagi orang lain hanya sampai dapat dirasakan sebagai gangguang bagi orang lain
disekitarnya.
Everly
dan Giordano (1980) mengajukan daftar ‘tanda-tanda dari adanya distress’. Menurut
mereka, stres akan mempunyai dampak pada suasana hati(mood), otot kerangka (musculoskeletal), dan organ-organ dalam badan
(visceral)
Tanda-tanda
dari distress-nya ialah
sebagai berikut:
1. Tanda-tanda
suasana hati(mood):
-
Menjadi overcited
-
Cemas
-
Merasa tidak pasti
-
Sulit tidur pada malam
hari(somnabulisme)
-
Menjadi mudah bingung
dan lupa
-
Menjadi sangat tidak
enak (uncomfortable) dan gelisah (ill it case)
-
Menjadi gugup (nervous)
2. Tanda-tanda
otot kerangka (muscoluskeletal)
-
Jari-jari dan tangan
gemetar
-
Tidak dapat duduk diam
atau berdiri di tempat
-
Mengembangkan tic
(gerakan tidak sengaja)
-
Kepala mulai sakit
-
Merasa otot menjadi
tegang atau kaku
-
Menggagap jika
berbicara
-
Leher menjadi kaku
3. Tanda-tanda
organ-organ dalam badan (visceral)
-
Perut terganggu
-
Merasa jantung berdebar
-
Banyak berkeringat
-
Tangan berkeringat
-
Merasa kepala ringan
atau akan pingsan
-
Wajah menjadi ‘panas’
-
Mulut menjadi kering
-
Mendengar bunyi
berdering dalam kuping
Ada hubungan positif antara stres kerja dengan burnout
bahwa semakin rendah stres kerja maka semakin rendah pula burnout yang dialami
karyawan. Selain itu terkait imbalan yang sudah sesuai dengan kebutuhan serta
rasa keadilan yang dirasakan oleh karyawan membuat karyawan CV. Ina Karya Jaya
juga mengalami burnout yang rendah.
Di CV. Ina Karya Jaya, insentif yang diberikan cukup
tinggi sehingga memuaskan karyawan, dan tingginya insentif yang diberikan untuk
uang lembur dirasakan sudah adil.
Variabel stres kerja menyumbang cukup relevan dengan
sumbangan efektifnya sebesar 45,4% terhadap burnout. Dengan demikian diharapkan
perusahaan dapat mempertahankan rasa keadilan dan kepuasan kerja yang dirasakan
oleh karyawan sehingga tetap dapat menekan terjadinya stres kerja, yang pada
akhirnya burnout juga dapat selalu ditekan untuk kedepannya. Adapun faktor lain
yang mempengaruhi burnout sebesar 54,6% selain burnout adalah beban kerja
berlebihan, aturan yang kaku dari perusahaan, tidak ada keadilan, sistem nilai
yang bertentangan dengan nilai pribadi.