Selasa, 09 Juni 2015

STRES TERHADAP KESUSUAIAN KERJA

1.   Hubungan Antara Stres dan Unjuk Kerja Pekerjaan
        
              Stres yang meningkat sampai unjuk kerja mencapai titik optimalnya merupakan stres yang baik, menyenangkan, eustres. Dekat, sebelumnya mencapai titik optimalnya, peristiwanya atau situasinya dialami sebagai tantangan yang merangsang. Melewati titik optimal stres menjadi distres, peristiwanya atau situasinya dialami sebagai ancaman yang mencemaskan
              Untuk kebanyakan orang, stres tidak cepat menyebabkan sakit keras. Stres diungkapkan melalui gejal-gejala umum seperti, somnabolisme (tidak dapat tidur), merokok berat, peminum minuman keras, hawatir, mudah tersinggung, gelisah, sulit berkonsentrasi dalam pengambilan keputusan, dan masa-masa lelah yang panjang. Keadaan ini bagi seseorang dapat menghasilkan penurunan dalam unjuk kerjanya, bagi orang lain hanya sampai dapat dirasakan sebagai gangguang bagi orang lain disekitarnya.
         Everly dan Giordano (1980) mengajukan daftar ‘tanda-tanda dari adanya distress’. Menurut mereka, stres akan mempunyai dampak pada suasana hati(mood), otot kerangka (musculoskeletal), dan organ-organ dalam badan (visceral)
      Tanda-tanda dari distress-nya ialah sebagai berikut:
                 1. Tanda-tanda suasana hati(mood):
-          Menjadi overcited
-          Cemas
-          Merasa tidak pasti
-          Sulit tidur pada malam hari(somnabulisme)
-          Menjadi mudah bingung dan lupa
-          Menjadi sangat tidak enak (uncomfortable) dan gelisah (ill it case)
-          Menjadi gugup (nervous)
2. Tanda-tanda otot kerangka (muscoluskeletal)
-          Jari-jari dan tangan gemetar
-          Tidak dapat duduk diam atau berdiri di tempat
-          Mengembangkan tic (gerakan tidak sengaja)
-          Kepala mulai sakit
-          Merasa otot menjadi tegang atau kaku
-          Menggagap jika berbicara
-          Leher menjadi kaku
3. Tanda-tanda organ-organ dalam badan (visceral)
-          Perut terganggu
-          Merasa jantung berdebar
-          Banyak berkeringat
-          Tangan berkeringat
-          Merasa kepala ringan atau akan pingsan
-          Wajah menjadi ‘panas’
-          Mulut menjadi kering
-          Mendengar bunyi berdering dalam kuping

    Ada hubungan positif antara stres kerja dengan burnout bahwa semakin rendah stres kerja maka semakin rendah pula burnout yang dialami karyawan. Selain itu terkait imbalan yang sudah sesuai dengan kebutuhan serta rasa keadilan yang dirasakan oleh karyawan membuat karyawan CV. Ina Karya Jaya juga mengalami burnout yang rendah.
Di CV. Ina Karya Jaya, insentif yang diberikan cukup tinggi sehingga memuaskan karyawan, dan tingginya insentif yang diberikan untuk uang lembur dirasakan sudah adil.
Variabel stres kerja menyumbang cukup relevan dengan sumbangan efektifnya sebesar 45,4% terhadap burnout. Dengan demikian diharapkan perusahaan dapat mempertahankan rasa keadilan dan kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan sehingga tetap dapat menekan terjadinya stres kerja, yang pada akhirnya burnout juga dapat selalu ditekan untuk kedepannya. Adapun faktor lain yang mempengaruhi burnout sebesar 54,6% selain burnout adalah beban kerja berlebihan, aturan yang kaku dari perusahaan, tidak ada keadilan, sistem nilai yang bertentangan dengan nilai pribadi.